Kami (saya, ibu,abah dan adek ) punya
kebiasaan tiduran bareng-bareng di ruang tengah sambil nonton TV. Kalau sedang
berkumpul semua, biasanya kami heboh sendiri di depan TV, entah itu berebut
remot, berebut tempat tidur, berebut bantal, guling dll. Abah senang sekali
menggodai anak-anaknya ketika sedang berkumpul begitu. Dan biasanya adek lah
yang jadi sasaran di usili. Tapi malam itu, saya juga jadi sasaran.
Meskipun sudah berusaha berpindah posisi di dekat ibu biar bisa fokus nonton TV
tapi abah tetap saja usil. Di saat saya mulai protes dan berusaha untuk
berpindah tempat, abah memeluk saya dan kemudian bilang “ gak kroso, awakmu wes gede sakmene
nduk, diluk kas wes rabi, wes repot karo bojo ne, abahe wes gak iso
nguyel-nguyel maneh”. Saya
langsung diam mendengar abah berkata seperti itu. Selama ini saya berpikir
bahwa abah pasti bahagia melihat anak gadisnya akan segera menikah. Saya baru
menyadari bahwa pasti juga ada perasaan kehilangan dan khawatir di hati nya. “Kehilangan” anaknya yang biasanya masih sering apa-apa minta bantuan
abah. Pun khawatir akan tanggung jawab yang lebih berat yang akan dipikul
anaknya.
Bulan lalu saat ada laki-laki yang datang
serius ingin menikahi saya, abah lah yang paling repot mencari informasi tentang
dia. Bagaimana latar belakangnya, bagaimana keluarganya, dsb.Abah pula yang sepertinya lebih rajin shalat istikhoroh dibandingkan saya. Mungkin di balik sikap tenangnya, abah menyimpan kekhawatiran yang sangat besar. Akankah anaknya bisa menjalani kehidupan baru nya dengan baik?. Akankah laki-laki itu akan memperlakukan anak nya dengan baik? Akankah laki-laki itu benar-benar bertanggung jawab pada hidup anaknya? Akankah anaknya hidup bahagia?. Sepertinya menyerahkan tanggung jawab mengurus anak gadis nya kepada laki-laki lain adalah fase hidup yang membahgiakan sekaligus mengkhawatirkan bagi ayah-ayah yang lain juga.
3 komentar:
Jadi kangen abah di rumah :')
Waah mbak Izzatiayun ditunggu undangannya hehe..
Waah mbak Izzatiayun ditunggu undangannya hehe..
Post a Comment