Cerita hidup ini di alami oleh sahabat saya. Sahabat
yang selama ini selalu tampak ceria seolah-olah tak ada masalah dalam hidupnya.
Hingga pada suatu hari ketika saya memintanya bercerita mengenai masalah
terberat apa yang pernah dia alami, dia mulai bercerita dengan suara parau
seperti menahan tangis yang sulit untuk dibendung. Selama ini, saya tidak
pernah menyangka jika dia pernah mengalami masa-masa sangat berat dalam
hidupnya. Saya sudah mendapatkan ijin dari dia untuk bisa menceritakan kisahnya
disini agar semakin banyak orang yang percaya bahwa Allah tidak akan pernah
meninggalkan hambaNya dalam keadaan apapun. Allah lah satu satunya tempat terbaik
untuk bersandar dan meminta kekuatan. Saya menulisaknnya sebagaimana dia
menceritakan kisahnya pada saya.
Aku
pernah sakit parah waktu kelas 2 SMA mbak, waktu itu aku sakit selama 6 bulan.
Penyebab penyakitnya tidak bisa diketahui secara medis. Mbak, bisa lihat
bekas-bekas luka di wajahku, ini bekas luka waktu itu, mbak. Bekas luka ini
selalu mengingatkanku bahwa Allah telah menolongku dan memberikanku kesempatan
kedua untuk hidup. Waktu sakit itu, aku hampir kehilangan penglihatanku dan
nyawaku. Awal kenaikan kelas 2, aku sama sekali tidak merasakan hal aneh
terjadi, hanya tiba-tiba muncul beberapa jerawat di wajahku. Aku kira itu
jerawat biasa mbak, tapi ternyata jerawat-jerawat itu semakin bertambah banyak
dan semakin membesar. Tak berselang lama, wajahku sudah penuh jerawat yang mengerikan.
Selama 3 bulan pertama, aku dan ibuku bolak-balik dari dokter kulit satu ke
dokter kulit lainnya. Tapi, tak ada hasilnya, yang ada malah semakin parah.
Jerawat-jerawat itu menimbulkan luka yang membusuk. Mbak, pasti takut jika
melihatku saat itu.
Setelah
3 bulan ke dokter tak ada hasil, akhirnya ibu berinisiatif membawaku ke
pengobatan alternative. Saat-saat pengobatan inilah aku merasakan sakit yang
luar biasa. Hampir setiap hari aku tidak bisa tidur, ada bayangan-bayangan aneh
yang mendatangiku setiap malam. Mbak, boleh percaya atau tidak, saat terapis
mulai mengobati wajahku dengan masker daun kelor dan membacakan doa, ada cairan
seperti darah kental tapi berwarna hitam yang keluar dari wajahku. Dan selama
terapi itu, aku mengalami sakit yang sesakit sakitnya, rasanya seperti aku
sudah tidak kuat menahan. Jika bukan karena kekuatan yang Allah berikan melalui
ibuku, aku mungkin sudah menyerah saat itu. Ibu lah yang selalu memberikan
motivasi dan sabar merawatku. Beliau tak pernah sama sekali menangis di depanku
padahal aku tahu pasti saat itu dia juga merasakan sakit yang aku alami.
Selama
3 bulan terakhir, aku tidak masuk sekolah dan tidak pernah pergi kemana-mana
kecuali untuk menjalani terapi. Karena luka yang begitu parah di wajah, aku
sampai kesulitan untuk membuka mulutku, aku hanya bisa makan makanan yang sudah
dilembutkan. Aku sudah pasrah sama Allah, jika memang harus meninggal saat itu,
aku sudah ikhlas, mbak. Hanya Allah tempat aku bisa mengadu, aku kesulitan
membuka mulut untuk berbicara sehingga mungkin terdengar tidak jelas bagi orang
lain tapi Allah sama sekali tidak kesulitan mendengarkanku. Dia bisa
mendengarku tanpa aku perlu berbicara. Dan ternyata Allah pelan-pelan
memberikanku kesembuhan. Setelah 3 bulan menjalani terapi, luka-luka nya mulai
kering. Tapi, perjuangannya tidak selesai sampai disitu. Luka-luka yang sudah
kering meninggalkan bekas yang sulit hilang. Jika luka itu ada di bagian
tubuhku yang lain, mungkin aku masih bisa menutupinya, tapi ini ada di wajahku,
mbak. Banyak orang yang menatap aneh padaku saat itu, tak jarang pula anak
kecil yang kutemui menangis karena takut padaku. Mungkin bagi mereka, aku
terlihat begitu menakutkan saat itu. Aku sempat merasa minder untuk keluar
rumah dan kembali ke sekolah. Tapi, Allah memberikanku teman-teman yang luar
biasa. Mereka tak pernah mengucilkanku. Mereka jugalah yang selalu mengatakan
padaku bahwa hati yang cantik lebih penting dari sekedar fisik. Karena penyakit
itu, aku semakin yakin bahwa Allah tak akan pernah menelantarkan kita seburuk
apapun keadaan kita, mbak. Dia lah yang tak pernah membeda-bedakan hambanya
dari tampilan fisiknya.
4 komentar:
Mantab ceritanya, mengalir spt air. Usaha, ikhtiar, doa dn tawakkal. Lengkap sudah. Tapi gmana skrg? Uda sembuhkah?
Mantab ceritanya, mengalir spt air. Usaha, ikhtiar, doa dn tawakkal. Lengkap sudah. Tapi gmana skrg? Uda sembuhkah?
Allah lah satu2nya tempat pengaduan terbaik. Semoga temen mbak Izzati selalu dlm lindungan Allah. Aamiin.
Bener, setiap cobaan yang datang, kita harus yakin ada Allah yang tidak mungkin menelantarkan begitu saja..
Post a Comment