Sunday 31 January 2016 0 komentar

Yeayyyy

Yeaaayyy...akhirnya tantangan di bulan Januari ini terselesaikan, menulis dan mengepostkan tulisan di blog setiap hari sampai hari ke lima belas. Awalnya gak begitu yakin bisa tapi alhamdulilah ternyata selesai juga meskipun sempat hutang tulisan beberapa hari karena sedang sakit dan kehabisan ide menulis hehe. Di grup ODOP semua nya aktif menulis dan diksusi di grup WA jadi merasa malu sendiri kalau sampai gak bisa selesai di garis finish menyelesaikan tantangan ini. Salah satu tulisan selama tantangan ini yang paling banyak di baca adalah "I Miss You Hort..Cohort", tulisan yang di buat karena kerinduan terhadap teman-teman semasa kuliah. Sedangakn tulisan yang paling sedikit di baca adalah "Memilih Buku=Memilih Jodoh", sebenarnya tulisan lama yang kemudian saya tambahi lagi. Di karenakan tantangan bulan Januari sudah selesai maka tentu saja ada tantangan untuk bulan Februari. Dan tentu saja lebih "menantang" dari sebelumnya. Jika sebelumnya bebas menulis apa saja minimal 6 kalimat maka untuk bulan ini setiap hari kecuali weekend harus menulis minimal setengah halaman A4 dan di sesusaikan dengan tema yang sudah ditentukan. Minggu pertama tema nya tentang catatan harian, minggu kedua tentang topik yang sedang booming, minggu ketiga adalah menulis dengan menggunakan analogi. Well, semoga kali ini saya juga bisa menyelsaikan tantangan yang sudah diberikan dengan baik. Semangattttt!!!

#ODOP#OneDayOnePost#HariKeLimaBelas

Friday 29 January 2016 0 komentar

Awal Mula Menulis

           Ketika tulisan saya pernah terbit di sebuah koran lokal, teman dekat saya berkomentar “sejak kapan bisa menulis? Dulu kan waktu ada tugas writing, kamu paling gak bisa”. Iya, saya ingat betul, dulu saat diberi tugas sama dosen untuk menulis essai sekitar 1 lembar kertas A4, saya benar-benar kesulitan sampai akhirnya minta bantuan teman untuk menambahkan tulisan saya. Tidak pernah menyangka jika sekarang saya tertarik pada dunia tulis menulis. Kalau di ingat-ingat, sebenarnya pertama kali saya membuat tulisan yang lumayan runtut dan sampai selesai itu saat patah hati dan merasa kecewa. Saat itu tiba-tiba saya ingin menuliskan semuanya, mungkin sebagai bentuk luapan emosi yang tak tersampaikan. Tapi, begitu tulisan itu selesai, ya sudah saya lama tak pernah menulis lagi hingga kemudian salah satu teman memberi tahu bahwa tulisan nya dimuat di koran lokal. Wah, tentu saja tertarik untuk mencoba apalagi bisa dapat honor dari pihak kampus jika tulisannya berhasil di muat di koran tersebut. Awalnya sempat ragu, karena sampai satu bulan lebih, tulisan saya belum juga diterbitkan. Saat itu, sampai sempat lupa juga kalau pernah mengirimkan tulisan. Tapi, kemudian, teman saya memberitahu bahwa tulisan saya sudah terbit beberapa hari yang lalu. Tentu saja saya sangat bahagia, hal pertama yang terlintas di pikiran saya “ternyata saya bisa menulis ya”. Mulai saat itulah saya mulai percaya diri untuk menulis.  Hingga kemudian saya tertarik untuk daftar menulis antologi. Saya kira, hal pertama yang perlu dimiliki seseorang yang ingin menulis adalah rasa percaya diri untuk menulis. Akan lebih baik lagi, jika mencoba menulis di media, meskipun masih koran lokal. Jika tulisannya pernah diterbitkan, keinginan untuk menulis akan semakin tersulut. 


#ODOP#OneDayOnePost#HariKeempatbelas
Thursday 28 January 2016 0 komentar

Memilih Buku = Memilih Jodoh

Bagi yang suka membaca dan membeli buku tapi uang nya pas-pas an seperti saya, pasti pernah mengalami kejadian ingin sekali membeli sebuah buku tapi uang nya masih belum cukup jadi harus di tunda dulu pembeliannya. Nah, ketika uang sudah ada dan pergi ke Gramedia ternyata disana ada berbagai macam buku-buku baru yang menarik. Setelah melihat buku-buku yang lain tiba-tiba merasa lebih tertarik membeli buku yang bukan direncanakan sebelumnya. Dan akhirnya, buku baru lah yang terbeli, buku yang sebelumnya di inginkan pun menjadi kalah menarik. Hal seperti ini tampaknya mirip dengan saat memilih jodoh. Ada kalanya merasa begitu tertarik pada seseorang hingga membuat yakin ingin menghabisakan sisa hidup bersamanya, namun tiba-tiba rasa itu sedikit demi sedikit menghilang atau tiba-tiba menghilang ketika ada seseorang yang lain yang terlihat lebih menarik di mata kita. Begitu mudahnya hati terboalk-balik. Oleh karena itu, memilih jodoh dan kemudian menjalani hidup bersama pasangan tak cukup jika hanya di dasarkan pada ketertarikan semata. Ilmu, iman dan komitmen adalah pondasi yang kuat yang akan tetap menjaga sebuah hubungan ketika rasa ketertarikan mulai pudar dan ketika ada begitu banyak hal-hal menarik lain nya yang berdatangan.


#ODOP#OneDayOnePost#HariKetigaBelas
1 komentar

Tersenyumlah Ibu

Tulisan ini pernah saya kirimkan saat ikut lomba menulis surat cinta tapi tidak menang hehe. Baru menemukan tulisan ini lagi di selipan file-file yang lain. Sengaja disahre di blog biar tersimpan dengan aman. 


Ah ibu, sebenarnya aku tau kalau kau baru saja menangis sore itu
Tapi kau tetap berusaha tersenyum di depan ku
Aku tau kau terluka saat hanya bisa menghidangkan nasi, kerupuk dan sambal untuk menu berbuka kita
Berbuka ala kadarnya karena memang uang kita saat itu hanya cukup untuk membeli itu
Aku tau kalau kau sebenarnya tak masalah dengan menu yang sederhana
Hanya kau merasa bersalah dengan anakmu, memaksanya ikut merasakan kesulitan saat itu
Ah ibu, aku sebenarnya tau bahwa kau tak tega memberikan itu untuk anakmu
Kau bilang kau sangat menyukai berbuka dengan menu itu
Tapi aku tau, kau hanya ingin membesarkan hati anakmu
Sesungguhnya hatiku juga sedang terluka kala itu, bu
Bukan karena menu sederhana, tapi karena aku belum bisa membantumu
Aku hanya tersenyum dan dengan lahapnya menghabiskan nasi di piringku
Aku ingin kau melihatku baik-baik saja dengan keadaan kita saat itu
Tersenyumlah ibu, kau sudah melakukan hal terbaik yang kau bisa demi keluargamu
Tersenyumlah ibu, asal kau tetap sehat dan berada disampingku, itu sudah cukup bagiku


#ODOP#OneDayOnePost#HutangHariKeduaBelas


Monday 25 January 2016 4 komentar

Cerita Sahabat: Kekuatan Itu Bernama Allah dan Ibu

    Cerita hidup ini di alami oleh sahabat saya. Sahabat yang selama ini selalu tampak ceria seolah-olah tak ada masalah dalam hidupnya. Hingga pada suatu hari ketika saya memintanya bercerita mengenai masalah terberat apa yang pernah dia alami, dia mulai bercerita dengan suara parau seperti menahan tangis yang sulit untuk dibendung. Selama ini, saya tidak pernah menyangka jika dia pernah mengalami masa-masa sangat berat dalam hidupnya. Saya sudah mendapatkan ijin dari dia untuk bisa menceritakan kisahnya disini agar semakin banyak orang yang percaya bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hambaNya dalam keadaan apapun. Allah lah satu satunya tempat terbaik untuk bersandar dan meminta kekuatan. Saya menulisaknnya sebagaimana dia menceritakan kisahnya pada saya.
Aku pernah sakit parah waktu kelas 2 SMA mbak, waktu itu aku sakit selama 6 bulan. Penyebab penyakitnya tidak bisa diketahui secara medis. Mbak, bisa lihat bekas-bekas luka di wajahku, ini bekas luka waktu itu, mbak. Bekas luka ini selalu mengingatkanku bahwa Allah telah menolongku dan memberikanku kesempatan kedua untuk hidup. Waktu sakit itu, aku hampir kehilangan penglihatanku dan nyawaku. Awal kenaikan kelas 2, aku sama sekali tidak merasakan hal aneh terjadi, hanya tiba-tiba muncul beberapa jerawat di wajahku. Aku kira itu jerawat biasa mbak, tapi ternyata jerawat-jerawat itu semakin bertambah banyak dan semakin membesar. Tak berselang lama, wajahku sudah penuh jerawat yang mengerikan. Selama 3 bulan pertama, aku dan ibuku bolak-balik dari dokter kulit satu ke dokter kulit lainnya. Tapi, tak ada hasilnya, yang ada malah semakin parah. Jerawat-jerawat itu menimbulkan luka yang membusuk. Mbak, pasti takut jika melihatku saat itu.
Setelah 3 bulan ke dokter tak ada hasil, akhirnya ibu berinisiatif membawaku ke pengobatan alternative. Saat-saat pengobatan inilah aku merasakan sakit yang luar biasa. Hampir setiap hari aku tidak bisa tidur, ada bayangan-bayangan aneh yang mendatangiku setiap malam. Mbak, boleh percaya atau tidak, saat terapis mulai mengobati wajahku dengan masker daun kelor dan membacakan doa, ada cairan seperti darah kental tapi berwarna hitam yang keluar dari wajahku. Dan selama terapi itu, aku mengalami sakit yang sesakit sakitnya, rasanya seperti aku sudah tidak kuat menahan. Jika bukan karena kekuatan yang Allah berikan melalui ibuku, aku mungkin sudah menyerah saat itu. Ibu lah yang selalu memberikan motivasi dan sabar merawatku. Beliau tak pernah sama sekali menangis di depanku padahal aku tahu pasti saat itu dia juga merasakan sakit yang aku alami.
Selama 3 bulan terakhir, aku tidak masuk sekolah dan tidak pernah pergi kemana-mana kecuali untuk menjalani terapi. Karena luka yang begitu parah di wajah, aku sampai kesulitan untuk membuka mulutku, aku hanya bisa makan makanan yang sudah dilembutkan. Aku sudah pasrah sama Allah, jika memang harus meninggal saat itu, aku sudah ikhlas, mbak. Hanya Allah tempat aku bisa mengadu, aku kesulitan membuka mulut untuk berbicara sehingga mungkin terdengar tidak jelas bagi orang lain tapi Allah sama sekali tidak kesulitan mendengarkanku. Dia bisa mendengarku tanpa aku perlu berbicara. Dan ternyata Allah pelan-pelan memberikanku kesembuhan. Setelah 3 bulan menjalani terapi, luka-luka nya mulai kering. Tapi, perjuangannya tidak selesai sampai disitu. Luka-luka yang sudah kering meninggalkan bekas yang sulit hilang. Jika luka itu ada di bagian tubuhku yang lain, mungkin aku masih bisa menutupinya, tapi ini ada di wajahku, mbak. Banyak orang yang menatap aneh padaku saat itu, tak jarang pula anak kecil yang kutemui menangis karena takut padaku. Mungkin bagi mereka, aku terlihat begitu menakutkan saat itu. Aku sempat merasa minder untuk keluar rumah dan kembali ke sekolah. Tapi, Allah memberikanku teman-teman yang luar biasa. Mereka tak pernah mengucilkanku. Mereka jugalah yang selalu mengatakan padaku bahwa hati yang cantik lebih penting dari sekedar fisik. Karena penyakit itu, aku semakin yakin bahwa Allah tak akan pernah menelantarkan kita seburuk apapun keadaan kita, mbak. Dia lah yang tak pernah membeda-bedakan hambanya dari tampilan fisiknya.
           


Saturday 23 January 2016 1 komentar

Cerita dan Nyata

Aku pernah menuliskan tentang “Laki-laki itu
Tentang laki-laki sederhana yang sedang jatuh cinta
Tentang laki-laki sederhana yang memberikan hadiah sederhana dengan pesan penuh makna pada perempuan itu
Banyak orang yang mengira bahwa itu adalah cerita hidupku
Bukan, itu hanya imajinasi yang sayang jika di abaikan begitu saja
Beberapa pembaca pun kemudian ada yang mengharapkan dipertemukan dengan “laki-laki itu”
Laki-laki yang ada dalam ceritaku
Dan kemudian tanpa disangka, cerita itu menjadi nyata
Aku menjadi “perempuan itu”
Hadiah dan pesan yang diberikan kepadaku pun sama seperti dalam cerita itu
Jangan-jangan dia membaca tulisanku sebelum datang kepadaku
Ah tidak mungkin, dia baru mengenalku dan tak pernah tahu tentang tulisanku
Lalu bagaimana bisa sama antara cerita dan nyata?



1 komentar

Berjalan Menujumu

Saat ini aku sedang berjalan menujumu
Aku yakin kaupun juga begitu
Namun, kita sama-sama belum tau di titik mana kita akan bertemu
Yang kita perlu hanya terus berjalan
Yang lain, serahkan saja pada Tuhan
Aku hanya ingin berpesan padamu

Tolong jangan hentikan langkahmu agar kita bisa segera bertemu
Wednesday 20 January 2016 3 komentar

Di Balik Tulisan

Di Balik Tulisan
Ketika seseorang menulis tentang kebaikan
Bukan berarti dia sudah menjadi orang yang baik
Bisa jadi itu adalah salah satu cara dia mengingatkan dirisendiri agar menjadi baik
Mungkin banyak orang yang tidak tahu
Bahwa bisa jadi di balik tulisan itu ada banyak hal “jelek” yang sudah dia lewati
Dan tulisan itu adalah salah satu cara agar dia tak kembali kepada “kejelekan” itu
Semacam nasihat dan pengingat untuk dirinya sendiri
Yang bisa jadi bermanfaat untuk orang lain


Monday 18 January 2016 3 komentar

Bersama Abah

Kami (saya, ibu,abah dan adek ) punya kebiasaan tiduran bareng-bareng di ruang tengah sambil nonton TV. Kalau sedang berkumpul semua, biasanya kami heboh sendiri di depan TV, entah itu berebut remot, berebut tempat tidur, berebut bantal, guling dll. Abah senang sekali menggodai anak-anaknya ketika sedang berkumpul begitu. Dan biasanya adek lah yang jadi sasaran di usili. Tapi malam itu, saya juga jadi sasaran. Meskipun sudah berusaha berpindah posisi di dekat ibu biar bisa fokus nonton TV tapi abah tetap saja usil. Di saat saya mulai protes dan berusaha untuk berpindah tempat, abah memeluk saya dan kemudian bilang “ gak kroso, awakmu wes gede sakmene nduk, diluk kas wes rabi, wes repot karo bojo ne, abahe wes gak iso nguyel-nguyel maneh”. Saya langsung diam mendengar abah berkata seperti itu. Selama ini saya berpikir bahwa abah pasti bahagia melihat anak gadisnya akan segera menikah. Saya baru menyadari bahwa pasti juga ada perasaan kehilangan dan khawatir di hati nya. “Kehilangan” anaknya yang biasanya masih sering apa-apa minta bantuan abah. Pun khawatir akan tanggung jawab yang lebih berat yang akan dipikul anaknya.
Bulan lalu saat ada laki-laki yang datang serius ingin menikahi saya, abah lah yang paling repot mencari informasi tentang dia. Bagaimana latar belakangnya, bagaimana keluarganya, dsb.Abah pula yang sepertinya lebih rajin shalat istikhoroh dibandingkan saya. Mungkin di balik sikap tenangnya, abah menyimpan kekhawatiran yang sangat besar. Akankah anaknya bisa menjalani kehidupan baru nya dengan baik?. Akankah laki-laki itu akan memperlakukan anak nya dengan baik? Akankah laki-laki itu benar-benar bertanggung jawab pada hidup anaknya? Akankah anaknya hidup bahagia?. Sepertinya menyerahkan tanggung jawab mengurus anak gadis nya kepada laki-laki lain adalah fase hidup yang membahgiakan sekaligus mengkhawatirkan bagi ayah-ayah yang lain juga. 
Friday 15 January 2016 0 komentar

Bertemu Tapi Tak Bersatu

Tulisan ini untuk kamu yang pernah di takdirkan untuk "bertemu" tapi bukan untuk "bersatu"


Sumber gambar:www.vectorstock.com

Setelah jauh berjalan
Tuhan mempertemukan kita berdua
Di tempat, waktu dan cara yang tak terduga
Rasa syukur dan bahagia pun menyelimuti hari-hari kita
Beberapa rencana juga telah tertata
Namun ternyata kita hanya ditakdirkan untuk bertemu
bukan bersatu
Sedih memang
Tapi tentu saja itu bukan pertemuan yang sia-sia
Anggap saja sebagai proses pendewasaan diri kita
Tak perlu kecewa terlalu lama
Tak perlu menutup diri karena trauma
Dan yakinlah ini memang yang terbaik untuk kita
Jadi tetap bersyukur dan jangan sesali pertemuan kita yaa...

4 komentar

I Miss You, Hort...Cohort!!!!

Dalam kamus Oxford, “Cohort”  diartikan sebagai “a group of people with a shared characteristics”. Mungkin karena definisi itulah, salah satu dosen menyebut kami dengan panggilan “cohort”. Dan entah kenapa tiba-tiba panggilan itu melekat sekali pada kami. Namun sepertinya definisi seperti berikut ini lah yang paling cocok mendeskripsikan “cohort” versi kami:
“Cohort” : Sekolompok orang yang dipertemukan dibangku kuliah PPG selama satu tahun yang kemudian “menggila” bersama dan menciptakan kenangan-kenangan yang akan dirindukan sepanjang masa.
Kegilaan cohort disebabkan oleh para anggotanya sendiri yang terdiri dari 19 orang. Masing-masing anggota mempunyai karakter yang unik dan berbeda satu sama lain sehingga membuat hari-hari selama kuliah semakin berwarna. Berikut adalah daftar resmi anggota cohort sampai saat ini namun rencananya akan terus bertambah dengan  kehadiran “cohort-cohort junior”.
Anggota 1: Yogi Budi Hartanto , sering disingkat menjadi Yogi, B.H (mohon singkatannya tidak dibaca terlalu keras).
Anggota yang sekaligus Ketua dan Tetua yang expert di bidang “perbulian”. Namun entah kenapa, setelah tak lagi bersama-sama, buliannya menjadi salah satu hal yang dirindukan oleh anggota yang lainnya.
Anggota 2: Sihab Lapoto Dinata.
Anggota yang mempunyai gaya bicara yang khas, sering memberikan pujian saat praktek ‘”micro teaching” dan satu-satu nya anggota yang terkenal seantero kampus karena “Tepuk Sihab” . Untuk sekedar mengembalikan kenangan, beginilah lirik tepuk yang terkenal tsb (Tepuk Sihab, prok..prok, SI..prok..prok...Hab..prok..prok...SIHAB grak!)
Anggota 3: David BSN
Anggota yang paling ahli menirukan gaya dan karakter anggota yang lainnya. Humoris tapi tidak bisa di ganggu gugat jika sudah diam tak menghiraukan sekitar.
Anggota 4: Andik Setiawan
Anggota yang sering mengeluhkan “salah jurusan” karena sepertinya minat nya ada di bidang bisnis dan musik. Paling sering menggelar konser dadakan saat acara senam bersama.
Anggota 5 : Nikodemus Bona
Anggota yang paling rajin belajar (menurut teman sekamarnya) dan rajin berlatih bahasa jawa. Kemungkinan besar dia tertarik untuk menetap di jawa.
Anggota 6: Reza Andika
Anggota yang sering kami panggil dengan bapak kepala sekolah karena postur tubuh nya dan suaranya yang menggema kemana-mana.
Anggota 7: Febri Mega
Anggota yang pernah berhasil menurunkan berkilo-kilo berat badannya namun kemudian perlahan tapi pasti kembali ke timbangan semula. Pernah juga digosipkan dengan sesama anggota cohort.
Anggota 8: Heribertus
Anggota yang lebih akrab dengan panggilan “nana heri”. Menjadi trend setter gerakan senam yang sangat unik hingga membuat peserta senam lainnya gagal fokus.
Anggota 9: Idul Manafa Damai
Anggota yang mempunyai ekspresi muka yang sama dalam segala situasi. Pernah di gosipkan dengan dua anggota cewek cohort  yang lain. Berharap segera bisa menentukan pilihannya dengan tepat.
Anggota 10: Naslah Rindu Inayah
Anggota yang sangat menyukai warna “pink” hingga mendeklarasikan diri sebagai  “soft pink inayah”. Mempunyai cara bicara yang sangat “feminine” dan paling sering ijin tidak masuk kuliah dengan alasan yang sama.
Anggota 11: Dita Widayati
Anggota yang paling sering tertawa belakangan ketika ada hal-hal lucu. Seringkali tertawa saat anggota yang lainnya sudah selesai tertawa dan sudah seru membahasa topik yang lain.
Anggota 12: Selviana Ngara
Anggota yang paling jarang pergi ke gereja dan yang paling tidak bisa berpisah dengan hp-nya meski hanya 1 detik saja. Pernah sembunyi-sembunyi ketemuan dengan “pacar” nya namun akhirnya tetap ketahuan juga.
Anggota 13: Maria Aurelia
Anggota yang sangat baik hati karena paling rajin mendoakan teman-teman lainya saat dia sedang di “buli”. Dan salah satu cohort yang paling sering di doakan adalah David. Doa nya pun masih kami hafal sampai sekarang, “Ya Tuhan, berilah David kecerdasan”.
Anggota 14: Dian Chris
Anggota yang paling sering menangis, tapi bukan karena sedih melainkan karena tertawa. Sudah sangat menghayati perannya sebagai jomblo hingga membuatnya selalu reflek menoleh ketika ada yang memanggil “mblo”.
Anggota 15: Heni Prastiwi
Anggota yang tak bosan-bosannya menobatkan dirinya sendiri sebagai “wanita dewasa elegan” . Seringkali juga membuat anggota yang lain “pura-pura” tidak mengenalnya saat dia mulai beraksi di tempat umum.
Anggota 16: Arini Novita Sari
Anggota yang paling bersemangat untuk berkaraoke bersama dan telah berhasil menularkan kecanduan dangdut kepada anggota yang lainnya. Lagu “Bang Jono” yang pernah dinyanyikannya pun pernah menjadi sangat booming diantara kami.
Anggota 17: Ida Maghfiroh
Anggota yang paling “kalem” dan paling sering diteriakkan namanya oleh anggota cewek ketika jam-jam berangkat kuliah sudah mepet.
Anggota 18: Rima Mei
Anggota yang sekaligus menjabat sebagai bu lurah. Terkenal paling tegas saat ada masalah tapi paling cengeng saat nonton film bersama.
Anggota 19: Izzati Q.A
Anggota yang paling sering menetaskan air mata di kelas saat ada sesi “ceramah” karena saking tidak kuat nya menahan kantuk. Sengaja menuliskan ini karena kerinduan yang mendalam :-)

Begitulah kira-kira “gambaran” singkat para anggota cohort. Dan untuk nama-nama yang sudah di sebutkan, di manapun kalian berada, apapun kesibukan kalian, “kegilaan” bersama kalian tak kan pernah tergantikan. I miss you, hortt!!!!
Wednesday 13 January 2016 6 komentar

Hati Kita

Kita dipertemukan saat kita sudah sama-sama pernah merencanakan hidup dengan orang lain
Kamu dengan perempuan itu
Dan aku dengan laki-laki itu
Tapi itu ternyata hanya menjadi rencana lalu 
Kamu tidak berhasil dengan perempuan itu
Dan aku pun juga begitu dengan laki-laki itu
Lalu kamu dan aku dipertemukan Tuhan melalui jalan yang tak disangka
Dan bukankah saat itu hati kita masih sama-sama ragu
Kamu ragu denganku
Aku juga ragu denganmu
Tapi mau bagaimana jika Tuhan sudah membalikkan hati kita
Hatimu dan bahkan hati orang tua mu dibalikkan ke padaku
Hatiku dan bahkan hati orang tua ku dibalikkan padamu
Dan proses mempersatukan keluargaku dan keluargamu pun terasa begitu mudah
Kini tinggal bagaimana kita mempersiapkan diri menempuh perjalanan baru
Perjalanan yang tentu saja banyak tantangan namun pasti akan menyenangkan jika kita jalani bersama
Perjalanan yang tentu saja tak hanya membutuhkan harta dan cinta
Ilmu dan iman lah yang menjadi bekal utama
Tuesday 12 January 2016 3 komentar

Cerita di Sekolah: "Kok Belum Sampai?"

                Seperti biasanya sebelum memulai pelajaran, Bu Mawar, guru yang sekaligus wali kelas di kelas X di sebuah SMK  memberikan nasihat dan mengingatkan siswa-siswi nya bahwa UTS sudah di depan mata. Bu Mawar juga memanggil beberapa siswa yang belum mengumpulkan fotokopi ijazah dan SKHU agar segera mengumpulkan. Satu persatu, siswa-siswi tersebut di panggil dan di tanyai mengenai alasan yang membuat mereka belum bisa mengumpulkannya. Kebanyakan siswa mengatakan bahwa mereka lupa membawa, meskipun ada beberapa yang memang ijazah dan SKHU nya masih belum bisa diambil dari sekolah SMP nya dulu. Ada juga salah satu siswa yang merupakan pindahan dari luar kota dengan suara pelannya mengatakan bahwa ia belum bisa mengumpulkan dikarenakan jarak yang jauh.
Siswa : “Bu, saya belum bisa mengumpulkan fotokopian ijazah dan SKHU nya”
Guru : "Lho, memangnya kenapa?"
Siswa : "Sekolah SMP nya saya dulu jauh bu, kemarin Bapak sudah menelpon ke sekolah, katanya sudah dikirimkan sama guru saya beberapa minggu yang lalu tapi sampai sekarang belum sampai.”
Guru : “Memangnya di alamatkan kemana kok belum sampai? Ke rumah atau ke sekolah?”
Siswa : “ Ke sekolah bu”
Guru : “ Alamat yang diberikan sudah benar kan?”
Siswa : “ Sudah bu”
Guru : “Kok bisa belum sampai ya? Itu dokumen penting lho, jangan sampai hilang, harus segera di cek. Nanti bilang sama Bapaknya ya suruh ngecek no.resi pengirimannya biar bisa dilacak ada dimana paketannya sekarang.”
Siswa : “Iya bu, nanti saya bilang ke Bapak.”
Guru : “Oke, besok bu guru tunggu kabarnya. Oh ya, ngomong-ngomong paketannya itu dikirim lewat POS atau JNE?”
Siswa :“ Ehmmm...kurang tau bu. Tapi kata Bapak, guru SMP saya sudah mengirimkannya lewat email beberapa minggu yang lalu.”
Guru : ????!!!!!!%%%%%%%%%%%%%%%%

NB: Nama sengaja disamarkan untuk menjaga privasi J hehe


Sunday 10 January 2016 6 komentar

Terpaksa menjadi Terbiasa

"Saya mau nulis di blog ah, lama gak nulis", gumam saya yang kemudian bersegera mengambil laptop dan menghidupkannya.
Tiba-tiba hp bergetar, ada bbm masuk dan beberapa jam kemudian sudah asik dengan hp, entah itu mengecek WA, facebook maupun instagram. Laptop yang awalnya hidup sudah mati sendiri, ide menulis pun juga sudah hilang. Sebenarnya, saya jarang sekali update apapun di sosmed tapi saya termasuk silent reader yang aktif dan penasaran dengan banyak hal sehingga bisa betah berlama-lama mengutak-atik hp. Dan hal ini sudah berulang kali terjadi. Selain itu, entah mengapa saya cenderung lebih sedikit dan jarang menulis ketika semua nya berjalan baik-baik saja. Berbeda sekali ketika sedang galau, sepertinya banyak sekali ide yang ingin dituliskan sebagai bentuk "hiburan" untuk diri sendiri. Karena beberapa hal itulah, maka blog saya pun bagai rumah kosong yang tidak berpenghuni.
Dan kemudian tiba-tiba tadi malam secara tidak sengaja membaca postingan Bang Syaiha tentang writing challenge "ODOP" (One Day One Post). Grup ODOP ini menantang anggotanya untuk menulis dan mengepostkan tulisan di blog/fb/twitter setiap hari selama bulan Januari. "Wah ini kayak grup ODOJ (One Day One Juz)" batin saya. Kebetulan saya sudah bergabung dengan ODOJ, memang sih awalnya banyak godaan ingin keluar grup karena alasan ini itu tapi alhamdulilah sampai sekarang masih bisa bertahan dan mulai terbiasa. Saya pikir sepertinya saya nanti akan terbiasa menulis juga jika ikut bergabung di ODOP ini. Memang awalnya harus "terpaksa" terlebih dahulu biar jadi "terbiasa". Harus ada deadline yang jelas biar tidak tertunda-tunda lagi. Baiklah, saya putuskan untuk mendaftar lewat WA malam itu juga.


Dan semoga saya bisa menyelesaikan Writing Challenge ini dengan baik sampai akhir Januari. Jika di tengah perjalanan nanti semangat menulis mulai kendur, semoga tulisan ini bisa mengingatkan betapa hari ini, Senin 11 Januari 2016, hari pertama tantangan menulis ODOP, saya begitu bersemangat untuk memulai dan menyelesaikan tantangan ini. Bismillah..
 
;