Sebenarnya dia
ingin sekali menuliskan pesan “Bagaimana harimu? Apakah semua berjalan lancar?”
Tapi, dia memilih
menahan sekuat tenaga untuk tak melakukannya
Bukan karena
gengsi, sama sekali bukan
Tapi karena dia
tahu dia akan kesulitan menjaga hatinya setelah percakapan itu berjalan
Dia khawatir
hatinya akan terjatuh terlalu dalam dan kemudian menaruh banyak harapan
Lebih baik dia
menahan, memaksa dirinya untuk tetap bersikap biasa
Dan kemudian memilih
untuk menceritankannya pada Tuhan
Bukankah mudah
bagi Tuhan untuk menyampaikan pesan?
Bukankah mudah
bagi Tuhan untuk mengatur pertemuan?
Bukankah mudah
bagi Tuhan untuk membolak-balik kan perasaan?
0 komentar:
Post a Comment